BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Pada suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi
tekanan lingkungan. Tekanan lingkungan tersebut berasal dari faktor kimia,
fisika, psikis dan biologis. Tekanan fisik yang sering terjadi dalam suatu
lingkungan kerja salah satunya adalah
keadaan iklim yang sangat mempengaruhi kondisi kerja bagi tenaga kerja.
Suasana atau
kondisi pada tempat kerja harus didesain senyaman mungkin untuk tenaga kerja.
Hal itu dikarenakan pada dasarnya suatu iklim kerja dapat berpengaruh terhadap
produktifitas kerja.
Suatu kondisi tempat kerja yang tidak sesuai akan
berdampak buruk terhadap akitivitas tenaga kerja. Selain itu, iklim kerja yang
terlalu tinggi atau rendah juga sangat berpotensi terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja. Oleh karena itu, untuk meminimalisai kecelakaan kerja dalam
suatu tempat kerja maka iklim kerja harus cocok dan harus sesuai dengan
standard yang ada.
Melalui
matakuliah pengukuran lingkungan kerja ini akan dilakukan suatu pengukuran
ikilm kerja guna mengetahui kondisi iklim kerja di Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya selain itu pengukuran iklim kerja ini dilakukan untuk mengetahui cara
mengantisipasi maupun untuk mengetahui efek
penyakit akibat kerja (PAK) yang disebabkankan oleh iklim kerja pada
suatu tempat kerja.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam
masalah ini adalah :
1. Bagaimana cara agar mahasiswa
dapat mengaplikasikan teori keselamatan dan kesehatan kerja dalam praktikum
ini?
2. Bagaimana cara melakukan
pnegukuran iklim kerja dengan menggunakan weather
instrument ?
3. Apa saja yang dapat dianalisa dari
hasil pengukuran iklim kerja ?
I.3 TUJUAN
Tujuan dari
penelitian ini adalah :
1.
Mahasiswa dapat mengetahui
kondisi iklim kerja.
2.
Mahasiswa mampu melakukan
pengukuran iklim kerja dengan menggunakan weather
instrument
3.
Mahasiswa mampu melakukan analisa hasil
pengukuran.
I.4 MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Mahasiswa lebih mengetahui
tentang iklim kerja di suatu tempat kerja
2.
Mahasiswa lebih mengetahui
tentang penyakit akibat kerja (PAK) yang disebabkan oleh efek iklim kerja
3.
Mahasiswa mendapat ilmu
pengetahuan tentang penerapan teori
keselamatan dan kesehatan kerja dalam praktikum iklim kerja ini
I.5 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari praktikum ini :
a. Tempat : praktikum pengukuran
iklim kerja ini dilakukan di bengkel pengelasan Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.
b. Waktu : praktikum pengukuran
iklim kerja ini dilakukan pada hari jumat tanggal 9 Maret 2013, pukul 13.00 – 16.25 WIB.
Dalam praktikum ini, alat yang digunakan adalah Thermocouple yang dapat membaca suhu kering,
suhu bola, suhu basah dan Rh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Iklim
Kerja
Iklim kerja adalah faktor-faktor
termis dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Manusia mempertahankan suhu tubuhnya
antara 36 -370C dengan berbagai cara pertukaran panas baik melalui
konduksi, konveksi dan radiasi. Walaupun banyak faktor yang dapat menaikan suhu
tubuh, tapi mekanisme dalam tubuh, membuat suhu tetap stabil .
Faktor lingkungan yang
mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh adalah suhu panas atau dingin yang
berlebihan. Suhu lingkungan dipengaruhi oleh adanya angin, kelembaban, tekanan udara ruangan dan suhu udara luar ruangan.
Apabila tubuh tidak dapat beberadaptasi dengan suhu ekstrim, maka akn timbul
gangguan kesehatan .
Beberapa istilah yang harus dipahami:
- Temperature suhu kering, t (ºC)
Temperature yang dibaca oleh sensor suhu kering dan
terbuka, namun hasil pembacaan tidak terlalu tepat karena adnya pengaruh
radiasi panas, kecuali sensornya mendapat ventilasi baik.
- Temperature suhu basah, t (ºC)
Temperature yang dibaca oleh sensor yang telah
dibalut dengan kain / kapas basah untuk
menghilangakan pegaruh radiasi, yang harus diperhatikan adalah aliran udara
yang melewati sensor minimal 5 m/s
- Kelembaban relative, Q (%)
Kelembaban relative adalah perbandingan antara tekanan
parsial uap air yang ada di dalam udara dan tekanan jenuh uap air pada
temperature yang sama.
Setelah pembacaan suhu kering dan
suhu basah dilakukan, gunakan chart
psikrometri / diagram posikrometri untuk menganalisa hasil pengukuran.
Kemudian bandingkan dengan rumus.
Kelembaban relatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang
terkandung di dalam campuran air-udara dalam fase gas (Wikipedia, 2013).
Kelembaban relatif dari suatu
campuran udara-air didefinisikan sebagai rasio dari tekanan parsial uap air dalam
campuran terhadap tekanan uap jenuh air pada temperatur
tersebut. Kelembaban relatif menggunakan satuan persen dan dihitung dengan cara
berikut:
RH = (PH20/P*H20) X 100% ........................................ (2.1 )
di mana:
RH adalah kelembaban
relatif campuran;
PH20 adalah tekanan parsial uap air dalam campuran; dan
P*H20 adalah tekanan uap jenuh air
pada temperatur tersebut dalam campuran.
Setelah melakukan pembacaan pada table psikrometric, dilakukan analisa
ISBB terhadap hasil pengukuran.
II.2 Macam-macam iklim
kerja
Kemajuan
teknologi dan proses produksi di dalam industry telah menimbulkan suatu
lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca tertentu yang dapat berupa iklim
kerja panas dan iklim kerja dingin.
a.
Iklim kerja panas
Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang
dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan
sinar matahari. ( Budiono, 2008)
Salah satu kondisi yang disebabkan oleh iklim kerja yang terlalu
tinggi adalah apa yang dinamakan dengan
Hear Stress ( tekanan panas). Tekanan panas adalah keseluruhan beban
panas yang diterima tubuh yang merupakan kombinasi dari kerja fisik, faktor
lingkungan ( suhu udara, tekanan uap air, pergerakan udara, perubahan panas
radiasi ) dan faktor lain. Tekanan panas akan berdampak pada terjadinya :
1.
Dehidrasi
Dehidrasi adalah
penguapan yang berlebihan yang akan mengurangi volume darah dan pada tingkat
awal aliran darah akan menurun dan otak akan kekurangan oksigen.
2.
Heat rash
Gejala ini bias
berupa lecet terus menerus dan panas disertai gatal yang menyengat.
3. Heat Fatique
Gangguan
pada kemampuan motorik dalam kondisi panas. Gerakan tubuh menjadi lambat, kurang waspada terhadap tugas.
4. Heat cramps
Kekejangan otot yang
diikuti penurunan sodium klorida dalam darah sampai tingkat kritis. Dapat
terjadi sendiri atau bersama dengan kelelahan panas, kekejangan timbul secara
mendadak.
5.
Heat exhaustion : dikarenakan kekurangan cairan tubuh
6.
Heat Sincope
Keadaan kolaps atau kehilangan kesadaran
selama pemajanan panas dan tanpa
kenaikan suhu tubuhatau penghentian keringat.
7.
Heat stroke
Kerusakan serius yang bekaitan dengan
kesalahan pada pusat pengatur suhu tubuh. Pada kondisi ini mekanisme pengatur suhu tidak berfungsi lagidisertai hambatan proses penguapan secara tiba-tiba (Ramdan, 2007).
Orang-orang Indonesia pada umumnya
beraklimitasi dengan iklim tropis yang suhunya sekitar 29-300 C dengan kelembaban sekitar 85 – 95 %. Aklimatisasi terhadap panas berarti suatu proses
penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama berada di
tempat panas, sehingga setelah itu ia mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas.
b.
Iklim kerja dingin
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi
efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Sedangkan
pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap kesehatan dapat mengakibatkan
penyakit yang terkenal yang disebut dengan chilblains, trench foot dan frostbite.
Pencegahan terhadap
gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu
dingin dilakukan melalui seleksi pekerja yang “fit” dan penggunaan pakaian
pelindung yang baik. Disamping itu, pemeriksaan kesehatan perlu juga dilakukan
secara periodik. (Budiono, 2008)
II.3 Penilaian Tekanan Panas
Tekanan panas dapat
disebabkan oleh berbagai faktor yangselanjutnya dapat digolongkan dalam:
a. Climatic
faktor: suhu udara, humidity, radiasi, kecepatan
gerakan udara.
b. Non climatic faktor: panas, metabolisme, pakaian
kerja dan tingkat aklimatisasi
(Subaris,2007).
Untuk menyederhanakan pengertian maka
beberapa ahli menciptakan suatu indeks menurut fungsinya, sebagai berikut:
a.
Suhu efektif yaitu indeks
sensoris dari tingkat panas yangdialami oleh seseorang tanpa baju dan kerja ringan
dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliranudara. Cara ini
mempunyai kelemahan yaitu tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas
metabolisme tubuhsendiri.
b. indeks suhu basah dan bola
(Wet Bulp-Globe Temperature Index dengan rumus
untuk pekerjaan yang mengalami kontak dengan sinar matahari :
ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,2 x suhu radiasi) +
(0,1 x suhu kering) ............ (2.2)
Sedangkan untuk pekerjaan yang tidak kontak dengan sinar matahari digunakan rumusan sebagai berikut :
ISBB = (0,7 x suhu basah) + (0,3 x suhu radiasi) ........................... (2.3)
c.
Indeks kecepatan pengeluaran
keringat selama 4 jam, sebagai akibat dari kombinasi suhu, kelembaban dan
kecepatan gerakan udara serta panas radiasi. Dapat juga dikoreksi
denganpakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan.
d.
Indeks Belding – Hatch yaitu
pengukuran tekanan panas dengan menghubungkan kemampuan berkeringat dari orang standar
yaitu orang yang masih muda dengan tinggi 170 cm danberat 154 pond, kondisi
sehat, kesegaran jasmani baik sertabeaklimatisasi terhadap panas. Metode ini
mendasarkan indeksnya atas perbandingan banyaknya keringat yang diperlukan
untuk mengimbangi panas dan kapasitas maksimaltubuh untuk berkeringat. Untuk
menentukan indeks tersebut diperlukan pengukuran suhu kering dan basah, suhu globe
thermometer, kecepatan aliran udara dan produksi panas akibat kegiatan kerja
(Ramdan, 2007).
II.4 Pengukuran Iklim Kerja
Alat yang dapat digunakan adalah Arsmann psychrometer untuk
mengukur suhu basah, termometer bola
untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja dapat
menggunakan “Questemp” yaitu
suatu alat digital untuk mengukur tekanan panas dengan parameter Indek Suhu Bola Basah (ISBB). Alat ini
dapat mengukur suhu basah, suhukering dan
suhu radiasi. Pengukuran tekanan panas di lingkungan kerja
dilakukan dengan meletakkan alat pada ketinggian 1,2 m (3,3kaki) bagi tenaga
kerja yang berdiri dan 0,6 m (2 kaki) bila tenagakerja duduk dalam melakukan
pekerjaan. Pada saat pengukuranreservoir (tandon)
termometer suhu basah diisi dengan aquadest dan waktu adaptasi alat 10
menit (Tim Hiperkes, 2006).
Tabel 2.1 paparan panas WBGT yang diperkenankan sebagai NAB (WBGT dalam oC)
Work
Demands
|
Acclimatized
|
Unacclimatized
|
||||||
Light
|
Moderate
|
Heavy
|
Very
Heavy
|
Light
|
Moderate
|
Heavy
|
Very
Heavy
|
|
100% work
|
29.5
|
27.5
|
26
|
-
|
27.5
|
25
|
22.5
|
-
|
75% work
25% rest
|
30.5
|
28.5
|
27.5
|
-
|
29
|
26.5
|
24.5
|
-
|
50% work
50% rest
|
31.5
|
29.5
|
28.5
|
27.5
|
30
|
28
|
26.5
|
25
|
25% rest
75% work
|
32.5
|
31
|
30
|
29.5
|
31
|
29
|
28
|
26.5
|
(Sumber : ACGIH,2005 )
Nilai Ambang Batas Iklim Kerja (Panas) dengan Indeks
Suhu Basah dan Bola (ISBB) tidak diperkenankan melebihi :
1. Jenis pekerjaan ringan,WBGTI 30,0˚C
2. Jenis pekerjaan sedang, WBGTI 26,7˚C
3. Jenis pekerjaan berat,WBGTI 25,0˚C
Catatan :
- Nilai pada tabel di atas berlaku untuk waktu kerja 8 jam sehari, 5 hari seminggu dengan waktu istirahat pada umumnya.
- Nilai kriteria untuk pekerjaan terus menerus dan 25% istirahat untuk kerja sangat berat tidak diberikan, mengingat efek biologis (tanpa melihat WBGT) pekerjaan tersebut pada tenaga kerja yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik.
Tabel 2.2 kategori
beban kerja dengan kategori tingkat metabolisme
Kategori
|
Jenis Aktivitas
|
Resting
|
Duduk dengan tenang
|
Duduk dengan sedikit gerakan
|
|
Light
|
Duduk dengan sedikit gerakan tangan dan kaki
|
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan pada mesin atau meja serta
banyak gerakan lengan
|
|
Menggunakan gergaji meja (table
saw)
|
|
Berdiri dengan pekerjaan yang ringan/sedang pada mesin atau meja serta
sedikit berjalan
|
|
Moderate
|
Menggosok atau menyikat dengan posisi berdiri
|
Berjalan dengan mengangkat atau menekan dengan beban sedang
|
|
Berjalan pada 6 km/jam dengan membawa beban 3 kg
|
|
Heavy
|
Mengergaji dengan tangan
|
Menyekop pasir kering
|
|
Pekerjaan perakitan yang berat pada basis yang tidak terus-menerus
|
|
Sebentar-sebentar mengangkat dengan mendorong atau menekan beban
yang berat
|
|
Very Heavy
|
Menyekop pasir basah
|
(Sumber:
ACGIH,2005)
ISBB untuk pekerjaan di luar ruangan dengan panas radiasi
:
ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.2 suhu bola + 0.1 suhu
kering ............ ( 2.4)
|
ISBB untuk pekerjaan di dalam ruangan tanpa panas
radiasi :
ISBB = 0.7 suhu basah alami + 0.3 suhu bola
............................ (2.5 )
|
Catatan :
·
Beban kerja ringan membutuhkan
kalori 100-200 Kkal/jam
·
Beban kerja sedang membutuhkan
kalori > 200-350 Kkal/jam
·
Beban kerja berat membutuhkan
kalori > 350-500 Kkal/jam
Spesial condition :
1.
Bila ISBB di ukur di ruang
istirahat sama atau mendekati sama dengan ruang kerja
Bila ruang istirahat memakai AC atau dipertahankan
kurang lebih 24oC, maka lama istirahat dapat dikurangi 25%, demikian
pula bila lam istirahat ditambah, waktu paparan dapat di perpanjang.
2.
Bila irama kerja diatur oleh
pekerja, sebesar 30-50% kapasitas kerja max, beban kerja rata per hari tidak
lebih dari 330 Kkal/jam
3.
Bila pakaian pekerja adalah
dari bahan katun.
II.5 Pengendalian
Iklim Kerja Tinggi
Pengendalian heat stress dan heat
strain dipusatkan disekitar
penyebab dari heat stress dan ketegangan physiologi yang dihasilkan. Hal ini memerlukan :
1. Pengendalian secara umum
·
Training
(pendidikan/latihan)
Yang dimaksud disini adalah pendidikan atau pelatihan bagi calon tenaga
kerja sebelum ditempatkan yang dilaksanakan secara berkala (periodik).
·
Pengendalian
tekanan panas melalui penerapan hygiene.
Yang dimaksud adalah tindakan-tindakan yang diambil oleh
perorangan untuk mengurangi resiko penyakit yang disebabkan oleh panas.
Termasuk pengendalian tekanan panas melalui penerapan hygiene adalah :
a. Pengandalian cairan
b. Aklimatisasi
c.
Self
determination : diartikan sebagai pembatasan terhadap
pajanan panas dimana tenaga kerja menghindari terhadap cuaca panas apabila ia
sudah merasakan terpapar suhu panas secara berlebihan.
d.
Diet : makanan yang terlalu manis atau mengandung karbohidrat berlebihan tidak dianjurkan karena akan menahan cairan melalui ginjal atau keringat.
e.
Gaya hidup dan status kesehatan
f.
Pakaian
kerja : Pakaian kerja untuk lingkungan tempat kerja panas
sebaiknya dari bahan yang mudah menyerap keringat seperti : bahan yang terbuat
dari katun, sehingga penguapan mudah terjadi.
2.
Pengendalian
secara khusus
Pengendalian secara khusus dapat dilaksanakan dengan 3 cara :
1.
Pengendalian
secara teknis
Cara ini mencakup :
a). Mengurangi beban kerja
b). Menurunkan suhu udara : (bila suhu udara di atas 104˚F (40˚C), tenaga kerja
mendapat tambahan pans secara nyata dari udara. Bila suhu udara dibawah 90˚F
(32˚C), maka ada pelepasan panas dari tubuh secara nyata. Suhu udara dapat
diturunkan dengan memasang ventilasi dengan cara pengenceran dan pendinginan
secara aktif).
c). Menurunkan kelembaban udara : (dengan menggunakan ruangan yang dingin akan
menurunkan tekanan panas, hal ini disebabkan oleh karena suhu udara dan
kelembaban udara yang lebih rendah, sehingga meningkatkan kecepatan penguapan
dengan pendinginan).
d). Menurunkan panas radiasi : (bila suhu globe lebih dari 109˚F (43˚C) panas
radiasi merupakan sumber tekanan panas secara nyata. Sesunggunhnya lembaran
logam atau permuakaan benda yang dapat digunakan sebagai perisai sangat banyak,
untuk mengetahui daftar logam atau permuakaan benda yang padat digunakan
sebagai perisai.
3. Pengendalian secara administrative adalah perubahan cara kerja yang dilakukan dalam upaya untuk membatasi
resiko pemajanan.
4. Perlindungan perorangan adalah suatu cara pengendalian yang dilaksanakan perorangan(setiap pekerja).
II.6 Perhitungan Beban Kerja dan Rh
Tabel 2.4 Kebutuhan Kalori Per Jam Menurut Jenis Aktivitas
No.
|
Jenis Aktivitas
|
Kilo kalori/jam/kg
Berat badan
|
1
|
Tidur
|
0,98
|
2
|
Duduk dalam keadaan istirahat
|
1,43
|
3
|
Membaca dengan intonasi keras
|
1,50
|
4
|
Berdiri dalam keadaan tenang
|
1,50
|
5
|
Menjahit dengan tangan
|
1,59
|
6
|
Berdiri dengan konsentrasi terhadap sesuatu objeK
|
1,63
|
7
|
Berpakaian
|
1,69
|
8
|
Menyanyi
|
1,74
|
9
|
Menjahit dengan mesin
|
1,93
|
10
|
Mengetik
|
2,00
|
Jenis Aktivitas
|
Kilo kalori/jam/kg
|
|
11
|
Menyetrika (berat setrika ± 2,5 kg)
|
2,06
|
12
|
Mencuci peralatan dapur
|
2,06
|
13
|
Menyapu lantai dengan kecepatan ± 38 kali per
menit
|
2,41
|
14
|
Menjilid buku
|
2,43
|
15
|
Pelatihan ringan (light exercise)
|
2,43
|
16
|
Jalan ringan dengan kecepatan ± 3,9 km/jam
|
2,86
|
17
|
Pekerjaan kayu, logam dan pengecatan dalam
industri
|
3,43
|
18
|
Pelatihan sedang (moderate exercise)
|
4,14
|
19
|
Jalan agak cepat dengan kecepatan ± 5,6
|
4,28
|
No
|
Jenis aktifitas
|
kilo kalori/jam/kg BB
|
20
|
Jalan turun tangga
|
5,20
|
21
|
Pekerjaan tukang batu
|
5,71
|
22
|
Pelatihan berat (heavy exercise)
|
6,43
|
23
|
Penggergajian kayu secara manual
|
6,86
|
24
|
Berenang
|
7,14
|
25
|
Lari dengan kecepatan ± 8 km/jam
|
8,14
|
26
|
Pelatihansangat berat (very heavy exercise)
|
8,57
|
27
|
Berjalan sangat cepat dengan kecepatan ± 8
km/jam
|
9,28
|
28
|
Jalan naik tangga
|
15,80
|
Sumber :
Soeripto
Tabel 2.4 Kep-men/13/2011
tentang NAB faktor fisik dan kimia di tempat kerja dan ISBB diperkenankan)
Pengaturan waktu kerja setiap jam
|
ISBB (˚C )
|
||
Beban Kerja
|
|||
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
|
75%-100%
|
31,0
|
28,0
|
-
|
50%-75%
|
31,0
|
29,0
|
27,0
|
25%-50%
|
32,0
|
30,0
|
29,0
|
0%-25%
|
32,2
|
31,1
|
30,5
|
Sumber : http://www.scribd.com/doc/72997827/PER-13-MEN-X-2011-NAB-Faktor-Fisika-dan-kimia-di-tempat-kerja
Versi Lengkapnya Silahkan Unduh DISINI